Orang Pesimistis Lebih Cepat Mati !
Senin, Maret 23, 2009
0
komentar
ORANG yang optimistis hidup lebih lama, bahkan lebih sehat dibandingkan orang yang pesimistis. Demikian kata beberapa peneliti AS, dalam sebuah studi.
Para peneliti di University of Pittsburgh mengkaji angka rata-rata kematian dan kondisi kesehatan kronis di kalangan pasien dalam studi Women’s Health Initiative —yang telah mengikuti perkembangan lebih dari 100.000 perempuan yang berusia 50 tahun ke atas sejak 1994.
Perempuan yang memiliki sifat optimistis—orang yang memperkirakan sesuatu yang baik dan bukan hal buruk yang akan terjadi— sebanyak14 persen kurang mungkin untuk meninggal akibat penyebab apa pun dibandingkan dengan orang yang pesimistis, dan 30 persen kurang mungkin untuk menghembuskan napas akibat sakit jantung setelah delapan tahun pengamatan dalam studi tersebut.
Orang yang optimistis juga kurang mungkin untuk menghadapi tekanan darah tinggi, diabetes, atau menghisap rokok. Tim yang dipimpin oleh Dr Hilary Tindle itu juga meneliti perempuan yang sangat tak percaya kepada orang lain—satu kelompok yang mereka sebut "bermusuhan sangat sinis" —dan membandingkan mereka dengan perempuan yang lebih memercayai orang lain.
Perempuan di dalam kelompok bermusuhan secara sinis cenderung untuk setuju dengan pertanyaan, seperti "Saya sering kali harus menerima perintah dari seseorang yang tak mengetahui sebanyak yang saya ketahui" atau "Paling aman tak memercayai seorang pun", kata Tindle dalam suatu wawancara telepon dengan wartawan kantor berita Inggris, Reuters.
"Pertanyaan ini membuktikan rasa tak percaya umum kepada orang lain," kata Tindle yang menyajikan studinya pada Kamis dalam pertemuan tahunan American Psychosomatic Society di Chicago. Pola berpikir semacam itu merenggut korban.
"Perempuan yang bermusuhan secara sinis 16 persen lebih mungkin untuk meninggal (selama masa studi) dibandingkan dengan perempuan yang tak terlalu bermusuhan secara sinis," kata Tindle. Mereka juga sebanyak 23 persen lebih mungkin menemui ajal akibat kanker.
Tindle mengatakan, studi itu tak membuktikan sikap negatif mengakibatkan dampak kesehatan negatif, tapi ia mengatakan semua temuan tersebut benar-benar akan memperlihatkan keterkaitan pada suatu hari nanti.
"Saya kira kita benar-benar memerlukan penelitian lebih lanjut guna merancang pengobatan yang akan ditujukan kepada sikap manusia guna melihat apakah semua itu dapat diubah dan apakah perubahan itu bermanfaat bagi kesehatan," katanya.
Tindle mengatakan, meskipun seorang pesimitis mungkin berpendapat, "Takdir saya sudah diputuskan. Tak ada yang dapat saya lakukan, saya tak yakin itu benar. Kita ’kan tidak tahu."
http://artikel-kesehatan-online.blogspot.com/2009/03/orang-pesimistis-lebih-cepat-mati.html
Para peneliti di University of Pittsburgh mengkaji angka rata-rata kematian dan kondisi kesehatan kronis di kalangan pasien dalam studi Women’s Health Initiative —yang telah mengikuti perkembangan lebih dari 100.000 perempuan yang berusia 50 tahun ke atas sejak 1994.
Perempuan yang memiliki sifat optimistis—orang yang memperkirakan sesuatu yang baik dan bukan hal buruk yang akan terjadi— sebanyak14 persen kurang mungkin untuk meninggal akibat penyebab apa pun dibandingkan dengan orang yang pesimistis, dan 30 persen kurang mungkin untuk menghembuskan napas akibat sakit jantung setelah delapan tahun pengamatan dalam studi tersebut.
Orang yang optimistis juga kurang mungkin untuk menghadapi tekanan darah tinggi, diabetes, atau menghisap rokok. Tim yang dipimpin oleh Dr Hilary Tindle itu juga meneliti perempuan yang sangat tak percaya kepada orang lain—satu kelompok yang mereka sebut "bermusuhan sangat sinis" —dan membandingkan mereka dengan perempuan yang lebih memercayai orang lain.
Perempuan di dalam kelompok bermusuhan secara sinis cenderung untuk setuju dengan pertanyaan, seperti "Saya sering kali harus menerima perintah dari seseorang yang tak mengetahui sebanyak yang saya ketahui" atau "Paling aman tak memercayai seorang pun", kata Tindle dalam suatu wawancara telepon dengan wartawan kantor berita Inggris, Reuters.
"Pertanyaan ini membuktikan rasa tak percaya umum kepada orang lain," kata Tindle yang menyajikan studinya pada Kamis dalam pertemuan tahunan American Psychosomatic Society di Chicago. Pola berpikir semacam itu merenggut korban.
"Perempuan yang bermusuhan secara sinis 16 persen lebih mungkin untuk meninggal (selama masa studi) dibandingkan dengan perempuan yang tak terlalu bermusuhan secara sinis," kata Tindle. Mereka juga sebanyak 23 persen lebih mungkin menemui ajal akibat kanker.
Tindle mengatakan, studi itu tak membuktikan sikap negatif mengakibatkan dampak kesehatan negatif, tapi ia mengatakan semua temuan tersebut benar-benar akan memperlihatkan keterkaitan pada suatu hari nanti.
"Saya kira kita benar-benar memerlukan penelitian lebih lanjut guna merancang pengobatan yang akan ditujukan kepada sikap manusia guna melihat apakah semua itu dapat diubah dan apakah perubahan itu bermanfaat bagi kesehatan," katanya.
Tindle mengatakan, meskipun seorang pesimitis mungkin berpendapat, "Takdir saya sudah diputuskan. Tak ada yang dapat saya lakukan, saya tak yakin itu benar. Kita ’kan tidak tahu."
http://artikel-kesehatan-online.blogspot.com/2009/03/orang-pesimistis-lebih-cepat-mati.html
0 komentar:
Posting Komentar
Pilih