Mengenang Ayrton Senna
Senna membalap dengan tekad untuk selalu menang |
Kehebatan Senna tidak terletak secara statistik, meski catatan prestasinya mengagumkan.
Kehebatannya menyatu dengan daya tarik biasa satu era Formula Satu yang didominasinya.
Kematian Senna tanggal 1 Mei 15 tahun lalu mengubah F1 selamanya, kisah hidupnya pun memiliki dampak yang tidak akan hilang, meskipun negatif.
Satu-satunya tujuan Senna untuk meraih sukses mendorongnya menerapkan gaya membalap nekad yang cenderung berbahaya, satu pendekatan yang diikuti dengan sukses oleh Schumacher.
Namun bagi banyak pihak, Senna mendefinisikan kembali kemungkinan yang bisa dicapai oleh satu mobil balap F1.
| |
Senna sebelumnya berjaya di Formula 3 |
Dia memiliki napsu besar untuk menang yang dikawinkan dengan kemampuan yang menurut banyak pihak tidak akan pernah bisa disaingi.
Senna mengendarai mobil balapnya sama seperti dia memperlakukan lawan-lawannya, dengan menerapkan gaya mengendarai yang unik dan mendorong mobil balap ke tingkat yang menurut para disainernya tidak mungkin dicapai.
Contoh yang paling menonjol adalah babak kualifikasi di Grand Prix Monaco tahun 1988, tahun pertama Senna di tim McLaren-Honda bersama rekan satu tim Alain Prost.
Saat itu, Prost merupakan pembalap yang ingin dikalahkan oleh pembalap lain, dan mengalahkan pembalap Perancis ini adalah tujuan utama Senna.
Monaco, yang akhirnya dimenangkan Senna enam kali, memberi pembalap ini kesempatan untuk memperlihatkan kehebatannya.
Di babak kualifikasi, dia berhasil menempatkan diri di posisi terdepan dengan waktu 1,4 detik lebih cepat dari Prost yang menggunakan kendaraan berspesifikasi sama.
Statistik Karir Pertandingan: 162 Menang : 41 Urutan 1 start: 65 Juara dunia: 1988, 90, 91 Tim: Toleman, Lotus, McLaren, Williams Lahir: 21/3/60 (Sao Paulo, Brazil) Meninggal: 1/5/94 (Imola, Italia) |
Setelah babak kualifikasi ini Senna bercerita mengenai pengalaman di luar alam sadar dalam mencatat waktu tercepat itu.
Persaingan antara Senna dan Prost berkembang menjadi persaingan paling sengit yang pernah terjadi di cabang olahraga ini, masing-masing pembalap pun akhirnya didefinisikan oleh persaingan itu.
Namun Senna telah menjadi sesuatu yang spesial jauh sebelum persaingan dengan Prost ini.
Potensinya jelas terlihat jauh sebelum dia masuk ke F1.
Tahun 1983, tim Williams memberi kesempatan pembalap Formula Tiga yang sedang naik daun saat itu untuk menguji mobil balap Grand Prix mereka, dan dalam 40 putaran di sirkuit Donington Park, Senna mencatat waktu lebih cepat dari pembalap tim ini, termasuk juara dunia Keke Rosberg.
Sangat mengherankan pemilik tim Frank Williams tidak menawarkan kontrak pada Senna, dan setelah itu dia membutuhkan satu dekade untuk memiliki kesempatan mengontraknya.
Setelah uji coba itu Senna pindah ke tim papan tengah Toleman, dan dengan segera menciptakan badai, dia gagal menjadi juara di Grand Prix Monaco, yang merupakan Grand Prix keenamnya, hanya karena balapan dithentikan ditengah jalan karena hujan deras.
Kemampuannya itu sudah membuat jeri lawan-lawannya, sehingga salah satu dari mereka mengatakan, nama Senna cocok memiliki konotasi dengan obat pencahar karena dia selalu sakit perut jika berhadapan dengan Senna.
Di akhir tahun itu, Senna mengingkari kontrak tiga tahun dengan Toleman untuk bergabung dengan Lotus yang saat itu adalah salah satu tim utama F1.
Keputusan ini memperlihatkan sifat Senna yang tidak memikirkan orang lain yang kemudian menjadi hal yang umum terlihat di sirkuit.
Kemenangan pertamanya diraih di Grand Prix kedua bersama tim Lotus, Senna mempergunakan kemampuannya tidak memperdulikan orang lain di bawah curahan hujan sehingga lawan-lawannya tampak tak berarrti di Grand Prix Portugal tahun 1985.
Lima kemenangan diraih selama tiga tahun bersama tim Lotus, namun Senna lebih dulu melihat kemunduran tim ini lebih dulu dari orang lain, dan tahun 1988 pindah untuk membentuk satu tim super dengan Prost di McLaren.
Selama tiga tahun - dua tahun sebagai rekan satu tim dan satu tahun setelah Prost bergabung dengan Ferrari - kedua pembalap ini bersaing sengit di sirkuit yang membuat banyak orang mengkhawatirkan nyawa keduanya.
Persaingan ini mendorong Senna ke titik ekstrim baru.
Setelah satu kecelakaan fatal, Prost mengatakan kepada Senna jika dia memang benar-benar ingin menang hingga rela mati, dsilahkan ambil gelar itu.
Kadang-kadang Senna tampak lebih mendahulukan ambisinya dibanding naluri untuk bertahan hidup, contoh utama adalah di Grand Prix Jepang tahun 1990 ketika Senna berhasil memenangkan gelar ketiga dengan menempel di belakang mobil balap Ferrari Prost dalam kecepatan 160mph, membuat kedua pembalap ini keluar dari sirkuit.
Dengan situasi seperti itu banyak pihak memandang bakat luar biasa Senna merupakan napas baru.
Misteri tabrakan |
Namun jika kemampuannya di sirkuit sangat mengagumkan, di luar arena balap dia juga sama hebatnya.
Senna dilahirkan dengan wajah tampan seorang pahlawan cinta, dan mata hitamnya merupakan kaca jiwa yang penuh kerumitan dan kerentanan.
Kombinasi ini diperkuat dengan keterbukaannya untuk membicarakan resiko pekerjaan.
Senna adalah orang yang sangat beragama dan kadang-kadang tampak kewalahan oleh bahaya fatal profesinya itu.
Kharismanya bersifat magnetik - dia bisa membuat satu ruangan penuh dengan ratusan wartawan tenang - dan kemampuan intelijennya, yang ditampilkan dalam kata-kata puitis dan kemampuan berbicara dalam beberapa bahasa, benar-benar tinggi.
"Anda melakukan sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh orang lain," ujarnya. "Tetapi disaat anda dipandang sebagai yang terbaik, tecepat dan tidak bisa dikalhakan, kita berada dalam posisi yang rentan. Karena dalam hitungan detik semua itu hilang.
"Kedua hal yang saling bertolak belakangan ini adalah perasaan yang anda rasakan setiap hari. Ini membuat anda lebih mengenal diri sendiri dan lebih dalam. Hal-hal itu yang membuat saya terus terpacu."
Ketika Senna bergabung dengan Williams di musim balap 1994, posisinya sebagai raja F1 tidak diragukan lagi.
Tim ini mendominasi F1 tahun 1992 dan 1993, dan Senna diperkirakan akan bisa merebut gelar juara dunia.
| |
Senna dikaruniai wajah tampan pria romantis |
Namun mobil Williams sejak awal memiliki kelemahan disain, dan hanya kemampuan super-human Senna yang bisa membuatnya berada di posisi terdepan di seri pertama Grand Prix, Brazil.
Namun, dalam arena balap, dia dengan mudah dikalahkan oleh kendaraan tim Beneton yang lebih hebat yang dikendarai oleh Schumacher dan kendaraan Senna sempat berputar-putar hebat saat mengejar pembalap Jerman itu.
Orang yang bertanya-tanya seberapa jauh kemampuan Senna dalam mendorong kendaraannya saat itu bisa melihat pada rekan satu timnya, Damon Hill, yang ketinggalan setengah sirkuit.
Senna turun di Imola dengan menguntit Schumacher dalam pengumpulan angka untuk merebut gelar juara dunia dan sangat menginginkan kemenangan.
Sudah terlihat kemunculan salah satu persaingan terhebat dalam F1, pembalap muda menantang supremasi jagoan veteran yang bertekad untuk mempertahankan posisinya.
Namun disaat Senna menuju tikungan Tamburello dengan kecepatan 190mph, dan Schumacher hanya beberapa detik dibelakangnya, ada sesuatu yang salah.
Mobil Williams terlontar dari sirkuit dan menabrak tembok beton dalam kecepatan 137mph.
Dengan kecepatan itu, satu roda depan terdorong ke arah ruang kemudi dan kaca helm Senna tertusuk oleh satu tongkat suspensi.
Jika saja roda itu tidak mengenainya, Senna bisa keluar dari kendaraannya tanpa cedera.
Sumber : http://www.bbc.co.uk/indonesian/sports/story/2009/05/090501_senna.shtml
0 komentar:
Posting Komentar
Pilih